Rabu, 19 Juni 2013

Sisi Lain Penyanyi Pop Bali Saat Ini

Bertahan Hanya Karena Senang dan Hobi

APA yang banyak menyebabkan penyanyi pop Bali baru terus bermunculan dan menggeluti “pekerjaan” ini dengan senang hati, penuh suka cita? Apa yang membuat mereka tetap senang dan bangga menjadi seorang penyanyi pop Bali, walau ada yang mengatakan kini music pop Bali tak segemerlap dulu di tahun 90-an hingga awal 2000-an? 

Mungkin terdengar “konyol” jika ada penyanyi lagu pop Bali yang mengatakan tetap senang menyanyi walau sering dibayar ala kadarnya bahkan tak jarang muspa puyung atau pulang dengan tangan kosong atau hanya mendapat ucapan terima kasih. Namun begitulah kenyataannya.

Seorang penggemar berat lagu pop Bali yang kini “meningkat statusnya” menjadi penyanyi terang-terangan menyatakan itu. Jika dikalkulasi biaya studio untuk rekaman, membuat video klip, hingga memproduksi rekaman dan mempublikasikannya, biaya sudah pasti tembus puluhan juta rupiah. Berharap biaya sebesar itu kembali, apalagi mendatangkan untung, saat ini terdengar mustahil atau setidaknya sangat sulit.

Kenyataannya, ketika label atau studio yang memproduksi lagu pop Bali angkat tangan dan tak mau berproduksi, penyanyi yang baru akan meretas “karier” nya tak jarang memproduksi sendiri rekamannya. Atau setidaknya menggandeng penyandang dana yang “sama gilanya” dengan music pop Bali sehingga mengesampikan hitung-hitungan untuk mendapatkan untung. Lalu apa yang dicari? Apa yang didapatkan musisi dan penyanyi pendatang baru yang tetap yakin melangkah walau sudah tahu tak akan dapat apa-apa secara materi?

Salah satu penyanyi yang sudah memiliki album rekaman sendiri dengan tegas menyatakan, ia mau berbuat karena senang dan hobi dengan lagu pop Bali. Ketika ada dorongan untuk berkarya dan menunjukkannya kepada masyarakat, dorongan itu tak bisa diabaikan begitu saja. Punya album rekaman entah dalam bentuk kaset, CD audio maupun VCD, dianggap menjadi gengsi tersendiri sekaligus menaikkan posisi tawar.

Secara mudahnya, penyanyi panggung yang sudah punya album rekaman sendiri dan belum punya album, tentu harganya akan berbeda ketika diminta mengisi satu acara. Begitu pun di mata penggemar lagu pop Bali, mereka yang punya album sendiri akan dipandang lebih serius dan sungguh-sungguh dibandingkan mereka yang hanya punya single yang kerap wara-wiri di radio dan televisi namun tak ada bukti fisik rekamannya. 

Walaupun sudah cukup dikenal, jangan dikira saku mereka pasti akan makin tebal berkat job-job manggung. Karena tak sedikit penyelenggara acara yang hanya memberi “uang bensin” saja dari yang terendah Rp50 ribu hingga Rp100 ribu untuk sekali tampil dalam acara-acara berskala kecil. Menjadi kesempatan langka kalau mereka sekali manggung bisa menikmati honor Rp1 juta.

Sekali lagi, hanya karena senang dan hobi membuat banyak penggemar dan pegiat lagu pop Bali mencoba mengisi kekosongan dengan membuat rekaman baru. Ada niat untuk meramaikan dan terus menghidupkan geliat lagu pop Bali. Maka menjadi penyanyi pop Bali hingga saat ini tak selalu bisa dijadikan tumpuan, andalan untuk nafkah. Hanya untuk nyalanang demen saja. * Made Adnyana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar