Senin, 10 Oktober 2011

Akhirnya Widi Widiana Punya Putri

Pasangan Widi Widiana - Wenna dan sang putri yang baru lahir
PENYANYI lagu pop Bali, Widi Widiana akhirnya bisa bernapas lega. Wenna, sang istri, baru saja melahirkan se- orang bayi perempuan dengan selamat di RS Puri Bunda, Denpasar. Bayi mungil yang lahir pada penanggalan yang “unik”, hari Minggu 09-10-11 itu diberi nama Made Lintang Anindya Widiana.

Dengan demikian leng- kap sudah kebahagiaan pasangan ini, dengan sepasang putra-putri. Anak pertama, seorang putra yang diberi nama Putu Agra, dilahirkan Desember 2007. Apakah ada rencana mau nambah lagi? “Ah, nggak. Cukup sudah dua saja, putra dan putri,” ujar Wenna sambil tertawa kecil.

Widi Widiana yang banyak dikenal penggemar musik di Bali dengan lagu-lagu bernuansa pop mandarin, memutuskan untuk menambatkan hatinya pada Wenna, seorang dara asal Surabaya yang datang dan menetap di Bali sejak tahun 2000. Awalnya, Wenna hanyalah seorang “penggemar” yang kemudian berhasil mencuri hati Widi Widiana. Setelah berumah tangga, pelantun “Sesapi Putih” dan “Kupu-kupu Nakal”  ini masih tetap aktif menyanyi dan membuat rekaman. Terakhir, ia merilis “Gek Cantik” yang merupakan album ke-10 Widi Widiana di Aneka Record. (*adn)

Minggu, 09 Oktober 2011

Gus Teja Siap Rilis Album Kedua

Gus Teja
Berkat “Morning Happiness”, nama Gus Teja kini banyak dikenal penikmat musik. Banyak yang memuji, musik yang ia tampilkan selain inspiratif juga menawarkan kesejukan dan relaksasi. Namun tak banyak yang tahu, kalau ternyata semua alat musik dari bambu yang digunakan untuk rekaman, ia buat sendiri. Kini, Gus Teja juga sudah bersiap meluncurkan album kedua.

NAMA Gus Teja, belakangan makin akrab dengan penikmat musik khususnya yang bernuansa world music. Selain kalangan luas sampai ke mancanegara – yang membeli lagunya melalui situs di internet atau sekadar mengunduh gratis -- tak sedikit penggemar musik di Bali yang terbiasa dengan lagu pop atau rock berbahasa Bali, mendadak gemar dengan alunan instrumental yang dimainkan Gus Teja dan rekan-rekannya di bawah bendera Gus Teja World Music. Komposisi yang dimainkan terutama “Morning Happiness” berhasil membius siapa saja yang menyimaknya.

Menarik mendengar penuturan langsung Gus Teja, kalau sesungguhnya lagu yang menjadi salah satu materi di album CD “Rhytm of Paradise” itu sudah selesai direkam dan diedarkan akhir 2009. Namun “Morning Happiness” baru benar-benar popular memasuki triwulan pertama 2011, saat video klipnya ditayangkan di stasiun televisi lokal di Bali. Jadi butuh waktu setahun lebih untuk membuat pendengar musik “ngeh” kalau ada satu karya musisi Bali yang menawarkan nuansa berbeda. 

Rekaman “Rhytm of Paradise” yang menampilkan delapan lagu – antara lain “Situ Sayong”, “Galang Bulan” dan “Cening Putri Ayu”  -- digarap dan diproduseri sendiri oleh Gus Teja, tanpa melibatkan salah satu label rekaman yang sudah ada. “Sebetulnya ada salah satu pihak yang tertarik untuk memproduksi setelah saya perdengarkan materi lagunya. Tapi saya sendiri ingin mencoba menangani sendiri dulu, biar bisa memahami dan benar-benar tahu bagaimana proses serta seluk-beluknya,” jelas Gus Teja usai bincang-bincang mengenai perkembangan musik di Bali di BMC TV, beberapa waktu lalu.

Meskipun lebih banyak tampil memainkan suling tradisional, pemuda kelahiran Junjungan, Ubud, 29 tahun silam ini juga menguasai berbagai alat musik lain seperti perkusi dan gamelan Bali. Tidak mengherankan, karena jebolan Insititut Seni Indonesia (ISI) Bali ini sudah menaruh minat kuat terhadap dunia musik sejak remaja. Menariknya lagi, sebagian besar alat musik yang digunakannya dalam rekaman “Rhytm of Paradise” ia buat sendiri. Terutama seruling yang menjadi “senjata” andalannya. “Untuk album pertama, semua alat musik yang berbahan bambu, saya bikin sendiri. Dua tingklik baro dan semua suling, saya buat sendiri,” jelas Gus Teja.

Kini genap dua tahun setelah rilis rekaman pertama, Gus Teja sudah menyiapkan peluncuran album kedua. Proses rekaman sudah hampir selesai, bahkan sudah pula dilakukan pemotretan untuk sampul CD. “Rencana akhir Oktober ini sudah bisa dirilis ke masyarakat luas,” ujarnya. (*adn)

Selasa, 04 Oktober 2011

“Don’t Worry Be Happy”, 4WD Andalkan Lagu Slow

Foto : Adnyana
LUNCURKAN ALBUM BARU. 4WD dari kiri ke kanan: Raff, Agus, Edik, dan Adi

GENAP dua tahun sejak rilis album “What’s Up Bro”, band lagu berbahasa Bali 4WD meluncurkan album baru. Setipe dengan dua sebelumnya, judul album masih menggunakan istilah berbahasa Inggris yang popular secara umum, “Don’t Worry Be Happy”. Sekalipun memakai judul berbahasa asing, lirik lagunya tetap menggunakan bahasa Bali. Hanya pada beberapa bagian muncul pengucapan “don’t worry be happy”.

Terhadap lirik yang mencampur bahasa Bali dengan istilah asing, Raff selaku vokalis sekaligus pencipta lagu tegas menolak kalau ini dituding tidak menjaga budaya Bali, atau malah menghilangkan budaya Bali. “Sama sekali tidak bertujuan merusak budaya Bali, karena kami juga tidak ingin budaya Bali rusak. Kalaupun ada lirik lagu mencampurkan bahasa Bali dengan bahasa asing, kami hanya ingin berkreasi apa adanya,” jelas Raff saat launching “Don’t  Worry Be Happy” di Renon, Selasa (4/9) kemarin.

Walaupun di album terbarunya 4WD mengunggulkan dua lagu dengan tempo medium bahkan cenderung slow, “Tresna Sujati” dan “Don’t Worry Be Happy”, menurut Raff secara keseluruhan tidak ada yang berubah dari grup yang sejak awal terbentuk memainkan musik berbasis irama punk ini. Bersama personel lainnya, Agus (bass), Adi (gitar), dan Edik (drum), Raff masih tetap mempertahankan karakter grup yang memainkan lagu dengan lirik cenderung “nakal” dan lugas dengan balutan music bertempo cepat. 

“Di album ini komposisi lagunya 50-50, yang berirama cepat dan medium hingga slow. Hanya setelah berdiskusi dengan pihak produser, yang diangkat lebih dahulu adalah lagu yang temponya agak lambat. Dengan harapan karya kami bisa menjangkau pendengar yang lebih luas terutama dari penikmat music perempuan,” jelas Raff.

Untuk mendukung peredaran album yang selain dirilis dalam bentuk kaset juga akan diedarkan dalam format CD audio ini, pihak Jayagiri Production selaku produser sudah menyiapkan dua video klip untuk lagu  “Tresna Sujati” dan “Don’t Worry Be Happy”. “Keduanya sudah selesai suting, tinggal disempurnakan saja. Setelah ini kami juga berencana menggarap video klip ketiga untuk lagu Belog Beli Magandong,” jelas IGN Murtana selaku produser.

4WD tercatat sebagai salah satu band pengusung lagu berbahasa Bali angkatan awal yang tetap bertahan sejak pertama kali merilis album “4WD” di tahun 2004. Sekalipun sempat ganti formasi, 4WD konsisten berkarya dan menghasilkan dua album berikutnya tetap secara swadaya, “Preman” (2005) dan “Penipu” (2006). Titik balik bagi band yang berbasis di Canggu, Kuta ini, setelah ditangani Jayagiri Pro sejak 2007 ditandai dengan rilis album ke-4 “No Money No Honey” dan “What’s Up Bro” tahun 2009. (*adn)