Dua Hari Pameran Pakaian "Full Music"
Ripper Clown dan Efekbatik, dua dari sekian banyak band yang tampil di acara Denpasar Distorsi |
UNTUK menunjukkan
eksistensi, seorang musisi, anak band, harus kreatif. Baik secara personal
maupun melalui komunitas yang mereka ikuti. Tengok misalnya apa yang dilakukan “musisi
lawas: dari jajaran musik indie Bali, dengan menggelar pameran pakaian yang full music.
Mengusung bendera
Denpasar Distorsi Community, mereka menggagas acara Denpasar Distorsi,
Sabtu-Minggu (29 -30 Juni) dengan meminjam wantilan DPD Golkar Bali, Jl.
Surapati, Denpasar. Untuk hajatan besar
ini, ratusan anak muda yang berkiprah di bidang musik dan industri pendukungnya
ambil bagian.
“Selama dua
hari acara akan diisi dengan pameran clothing
dan parade band. Kegiatan ini di lakukan
untuk penggalian dana yang akan disumbangkan untuk panti jompo di Bali,” jelas
Tewe Semara Amurwabumi selaku ketua panitia acara.
Untuk
gelaran ini, tak kurang dari 19 clothing
(perusahaan yang memproduksi pakaian jadi di bawah brand atau merek mereka sendiri) yang ada di Bali bergabung dengan
45 band indie untuk meramaikan acara. Mereka yang tampil antara lain Ripper Clown,
Efekbatik, Manurams, Liveline, dan lainnya. Jika untuk Sabtu acara digelar
mulai pukul 14.00 hingga tengah malam, Minggu dimulai pukul 12.00 hingga kelar.
Tewe yang
juga merupakan vokalis sekaligus gitaris Efekbatik berharap kegiatan ini akan menjadi kegiatan rutin dari komunitas yang
turut digawanginya. Dengan demikian kepedulian sosial dan lingkungan dapat
secara rutin dilakukan. “Selama ini banyak kegitan komunitas musik hanya
dilakukan untuk membina band atau sekadar mencari dana buat mengumpulkan karya
dengan membuat kompilasi album, namun untuk Denpasar Distorsi Community, selain
pembinaan terhadap band juga kami programkan kegiatan sosial dan peduli
lingkungan. Ya anggaplah ini sebagai bentuk dari kepedulian, tanggung jawab
kita terhadap sesama,” demikian Tewe. *adn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar