BERAPA banyak band anak-anak dari
Bali yang muncul tiap saat? Berapa banyak band anak-anak dari Bali yang potensial
untuk menjadi musisi masa depan? Jawabannya, banyak. Tiap saat selalu saja ada
muncul band anak-anak dari berbagai daerah di Bali. Namun tidak semua memiliki kesempatan
untuk menunjukkan diri mereka kepada masyarakat luas. Satu nama sebagai
generasi baru yang kini muncul dan mencoba unjuk kebolehan, The Krishna.
Grup band The Krishna, dari kiri ke kanan: Kanhaiya (drum), Maha (bass), Angga (gitar), Krishna (vokal) |
Sejatinya, band “bocah” ini sudah
terbentuk setahun silam, ketika kakak beradik Krishna yang hobi menyanyi dan
Kanhaiya yang main drum berlatih musik secara serius. Hingga kemudian memainkan lagu
sendiri “Ku Bahagia” bahkan sudah pula dibuatkan video klip. Hanya saat itu
mereka masih menggunakan additional
player untuk posisi gitar dan bass.
Memasuki 2013, I Gede Oka Permana sebagai
orangtua terdorong untuk serius mengarahkan bakat buah hatinya. Lewat sentuhan
tangan Handy Kurniawan bersama Krisna Darmawan – keduanya dulu dikenal lewat
band Pandawa -- dibuatlah lima lagu lain hingga menjadi satu mini album yang
diberi judul “Langkah Awal”. Album dalam format CD audio ini secara resmi diperkenalkan
kepada publik dalam satu acara peluncuran di salah satu resto di Ubud, Sabtu
(14/7) ini.
“Bedanya, kali ini The Krishna sudah
punya personel tetap dengan bergabungnya Maha sebagai bassist dan Angga sebagai gitaris. Formasi inilah yang akan
dikedepankan selanjutnya,” jelas Gede Oka kepada wartawan di Denpasar, Jumat kemarin.
Secara polos dan lugu, seluruh
personel The Krishna yang rata-rata duduk di bangku SMP (kecuali Kanhaiya baru naik ke kelas IV SD) mengaku senang akhirnya bisa rekaman dan punya album
sendiri. Mereka pun berharap bisa lebih dikenal secara luas lagi dan digemari.
Untuk gebrakan awal, selain lagu “Ku Bahagia” mereka membawakan lagu dengan
beragam tema yang masih lekat dengan dunia anak-anak yang mulai beranjak besar,
seperti “Liburan”, “Sahabat”, “Terlambat Sekolah”, “Best Friend” dan satu lagu
berbahasa Bali “Meme Bapa”.
Bagi Handy Kurniawan dan Krishna
Darmawan yang menciptakan lagu sekaligus mengaransemen musik untuk The Krishna,
yang menjadi kesan tersendiri menangangi The Krishna, bagaimana menyesuaikan
agar tema lagu dan lirik yang dibawakan band ini sesuai dengan karakter mereka yang
bisa dibilang masih anak-anak. “Lebih mudah membuat lagu galau daripada membuat
lagu yang temanya sesuai untuk konsumsi anak-anak,” gurau Handy yang akrab
dipanggil Iwan.
Dukungan terhadap pemunculan The
Krishna juga disampaikan Wayan Balawan, gitaris Bali yang studionya kerap dijadikan
tempat latihan grup ini. Ia pun tak segan berbagi ilmu kepada musisi-musisi
muda ini. “Ini bentuk dukungan saya terhadap munculnya generasi baru band di
Bali. Kalau kita lihat misalnya trend band di Bali belakangan agak mandek,
taruhlah sejak melejitnya Lolot, seketika booming
muncul banyak band lalu setelah itu tenggelam. Makanya dengan kemunculan
the Krishna, ini menjadi regenerasi, kesempatan bagi bibit-bibit baru agar era
band di Bali tetap eksis,” komentar Balawan.
Dikatakan pula, kalau mau jujur
melihat perkembangan dunia musik saat ini, rekaman tidak menjanjikan lagi.
Karenanya harapan hanya ada pada pertunjukan atau live perform. Untuk itulah ia mendorong The Krishna untuk lebih
memperbanyak peluang manggung guna terus mengasah kemampuan. “Karena kalau live, yang diutamakan adalah kualitas
permainan, skill. Beda kalau hanya
rekaman, kemampuan kurang atau jelek masih bisa dimanipulasi,” demikian
Balawan. *adn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar