Kamis, 04 Juli 2013

Komunitas Rarekual

Lewat Seni, “Si Anak Nakal” Mengubah Citra

Komunitas seni Rarekual dalam dua penampilannya
BULELENG tak pernah kehabisan bakat-bakat di bidang seni, entah seni tradisional atau modern. Salah satu yang bersinar namanya belakangan adalah Rarekual, komunitas seni yang belum lama ini menjuarai grand final "Kompetisi Musik Paling Aksi dan Kreatif" (Kompak) se-Jawa dan Bali yang diselenggarakan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Selain hadiah yang nilainya cukup besar, Rarekual juga rencananya akan diundang tampil di televisi nasional untuk acara Bukan Empat Mata, dan Kick Andy. Selain itu bisik-bisik rencananya mereka juga akan dikirim untuk acara festival music kreatif di Vietnam. “Ya semoga bisa berjalan lancar,” komentar Ngurah Indra atau biasa dipanggil Wah “Rarekual”, salah satu pentolan komunitas ini.

Diceritakan, awalnya setahun silam Rarekual hanya iseng mencoba mendaftarkan grup kecil mereka saat audisi di Buleleng, yang ternyat berhasil meraih juara 1 untuk wilayah Buleleng. Kemenangan ini mengantarkan mereka ke untuk final wilayah Bali dan Lombok di Denpasar. Kala itu Rarekual hanya mencapai predikat runner-up. Siapa sangka begitu saat seluruh pemenang dipertemukan untuk final tingkat nasional, awal Juni silam, Rarekual menyodok ke peringkat teratas. 

“Selain lomba jingle Semen Indonesia juga dipilih lagu ciptaan sendiri. Saat itu kami mengangkat Lovina Bali menjadi tema lagu. Lirik lagu ini disenangi para juri, karena dianggap mampu mengangkat pariwisata di daerah sendiri,” jelasnya

Komunitas Rarekual sendiri sesungguhnya sudah cukup lama terbentuk. Berawal dari nama tabuh kreasi saat mengikuti Pesta Kesenian Bali (PKB) Kabupaten Buleleng, tahun 2009. Kabarnya kiprah seni anak muda ini muncul berawal dari kumpulan anak-anak trotoar yang suka bermusik di trotoar. Hingga kemudian mereka mencoba berkreasi dengan teman-teman lainnya melalui musik tradisi dan modern. 

Saat berkumpul itulah tiada hari tanpa candaan, lawakan dan tingkah jahil yang membuat mereka makin akrab satu sama lain. Bahkan bisa dikatakan humor dan tingkah jahil menjadi “menu wajib” kalau sedang latihan. Menurut Ngurah Indra, mereka cukup mudah dan sering berkumpul dengan teman karena jarak rumah kita berdekatan. Kalau ada acara manusa yadnya dari tiap anggota, biasanya kami ngayah bersama seperti membuat penjor, dekor, ataupun masang taring sampai matektekan.

Soal nama Rarekual (dalam bahasa Bali bisa diartikan anak badung/nakal) muncul secara spontan karena personelnya menyadari kalau mereka berasal dari anak jalanan yang bisa dikatakan “nakal”, namun kreatif dalam ide seni. Sesuai dengan nama itulah, kemudian anggota komunitas ini bermaksud mengubah citra buruk mereka di mata masyarakat dengan nama Rarekual. 

“Karena sesungguhnya kenakalan seorang rare adalah kenakalan yang alami, dengan rasa ingin tahu yang besar dan kreatif,” kilah Ngurah Indra.

Sampai saat ini komunitas Rarekual memiliki anggota tetap 20-an orang. Karena sifatnya komunitas, tidak ada ikatan atau larangan bagi personelnya untuk tampil atau mencari job sendiri-sendiri. Sehingga di luar job atas nama komunitas, tak jarang masing-masing personel biasa tampil dalam grup lebih kecil, atau turut mendukung grup lain.

“Kami sadar dan sangat maklum kalau sebagai komunitas kami tidak bisa atau tidak mampu untuk menggaji anggota grup. Namun demikian kami percaya jika kami tekun dalam berkesenian, dan itu memang bisa dijual, maka pasti akan kami realisasikan secara adil,” demikiah Wah “Rarekual”. *adn

1 komentar: