Gus Teja |
Berkat “Morning Happiness”, nama Gus Teja kini banyak
dikenal penikmat musik. Banyak yang memuji, musik yang ia tampilkan selain
inspiratif juga menawarkan kesejukan dan relaksasi. Namun tak banyak yang tahu,
kalau ternyata semua alat musik dari bambu yang digunakan untuk rekaman, ia
buat sendiri. Kini, Gus Teja juga sudah bersiap meluncurkan album kedua.
NAMA Gus Teja, belakangan makin akrab dengan penikmat musik khususnya
yang bernuansa world music. Selain kalangan luas sampai ke mancanegara – yang
membeli lagunya melalui situs di internet atau sekadar mengunduh gratis -- tak
sedikit penggemar musik di Bali yang terbiasa dengan lagu pop atau rock berbahasa
Bali, mendadak gemar dengan alunan instrumental yang dimainkan Gus Teja dan rekan-rekannya
di bawah bendera Gus Teja World Music. Komposisi yang dimainkan terutama “Morning
Happiness” berhasil membius siapa saja yang menyimaknya.
Menarik mendengar penuturan langsung Gus Teja, kalau
sesungguhnya lagu yang menjadi salah satu materi di album CD “Rhytm of Paradise”
itu sudah selesai direkam dan diedarkan akhir 2009. Namun “Morning Happiness”
baru benar-benar popular memasuki triwulan pertama 2011, saat video klipnya
ditayangkan di stasiun televisi lokal di Bali. Jadi butuh waktu setahun lebih
untuk membuat pendengar musik “ngeh” kalau ada satu karya musisi Bali yang
menawarkan nuansa berbeda.
Rekaman “Rhytm of Paradise” yang menampilkan delapan lagu –
antara lain “Situ Sayong”, “Galang Bulan” dan “Cening Putri Ayu” -- digarap dan diproduseri sendiri oleh Gus
Teja, tanpa melibatkan salah satu label rekaman yang sudah ada. “Sebetulnya ada
salah satu pihak yang tertarik untuk memproduksi setelah saya perdengarkan
materi lagunya. Tapi saya sendiri ingin mencoba menangani sendiri dulu, biar bisa
memahami dan benar-benar tahu bagaimana proses serta seluk-beluknya,” jelas Gus
Teja usai bincang-bincang mengenai perkembangan musik di Bali di BMC TV,
beberapa waktu lalu.
Meskipun lebih banyak tampil memainkan suling tradisional, pemuda
kelahiran Junjungan, Ubud, 29 tahun silam ini juga menguasai berbagai alat musik
lain seperti perkusi dan gamelan Bali. Tidak mengherankan, karena jebolan
Insititut Seni Indonesia (ISI) Bali ini sudah menaruh minat kuat terhadap dunia
musik sejak remaja. Menariknya lagi, sebagian besar alat musik yang
digunakannya dalam rekaman “Rhytm of Paradise” ia buat sendiri. Terutama seruling
yang menjadi “senjata” andalannya. “Untuk album pertama, semua alat musik yang
berbahan bambu, saya bikin sendiri. Dua tingklik baro dan semua suling, saya
buat sendiri,” jelas Gus Teja.
Kini genap dua tahun setelah rilis rekaman pertama, Gus Teja
sudah menyiapkan peluncuran album kedua. Proses rekaman sudah hampir selesai,
bahkan sudah pula dilakukan pemotretan untuk sampul CD. “Rencana akhir Oktober
ini sudah bisa dirilis ke masyarakat luas,” ujarnya. (*adn)
Selamat berkarya Gus Teja, moga makin sukses di Album kedua
BalasHapus